BERTUMBUH UNTUK MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI


Sebelum putaran kedua Pilkada DKI, penulis sudah menulis di editorial ini kisah sukses dari Jokowi dan Ahok pada putaran pertama dan setelah akhirnya pasangan ini secara resmi memenangkan Pilkada DKI dan tanggal 15 Oktober mereka sudah resmi dilantik oleh DPRD Provinsi Jakarta,
penulis ingin meneruskan tulisan yg pertama dengan menekankan kepada niat tulus dari pasangan tsb untuk melayani masyarakat Jakarta, walaupun ini baru sekedar janji, namun keduanya sudah membuktikan hal tsb di Solo dan Belitung Timur. Mudah mudah an ini menjadi satu pelajaran bagi kita semua hamba hamba Tuhan baik dari kaum awam maupun pengerja yg sedang melayani di jemaat maupundi organisasi.

Seperti yg diduga oleh banyak kalangan sebelumnya bahwa pasangan Jokowi dan Ahok akan memenangkan Pilkada DKI mengingat track record mereka di kota Solo maupun di kabupaten Belitung dimana Ahok pernah menjadi bupati sebelumnya. Belum lama ini penulis berkunjung ke kota solo untuk menghadiri acara keluarga dan ketika bertemu dengan teman teman lama di Solo baik dari kalangan bawah maupun dari kalangan menengah atas, penulis coba menggali apakah benar Pak Jokowi disayangi oleh orang Solo seperti yg tersiar di media massa dan  hal –hal apa yg membuat dia disukai oleh rakyatnya. Dari hasil pembicaraan dengan teman teman saya tsb memang semuanya setuju bahwa dia adalah seorang pemimpin yg melayani dan disukai, seorang teman dari kelas bawah berkata kepada penulis, dulu sebagai orang miskin rasanya sangat minder kalau mau pergi berobat karena rumah sakit pasti akan minta uang muka dan tidak segan segan menolak pasien yg tidak punya uang, tetapi sekarang dengan kartu sehatnya Pak Jokowi, mereka merasa aman dan percaya diri ketika ada urusan dengan rumah sakit dan tingkat pelayanan rumah sakit juga baik sebagaimana pasien pasien lainnya yg membayar secara penuh, hal serupa juga terjadi dimasalah pendidikan. Salah satu teman lain menyambung, walaupun anda miskin di kota Solo ini asal benar benar tidak mampu dan tidak dibuat buat, maka masalah kesehatan dan pendidikan tidak ada masalah. Ketika penulis lanjut bertanya, apakah tidak rugi bagi masyarakat Solo untuk melepas Jokowi, mereka menyambung, siapapun yg akan mengganti pasti akan meneruskan kebijakan beliau dan tidak berani merubahnya kalau tidak mau di demo oleh masyarakat. Cerita tsb memang sangat mengharukan ketika secara langsung disampaikan kepada saya dalam pertemuan tsb.

Hampir semua pemimpin didunia ini baik ditingkat nasional , local maupun organisasi nirlaba seperti greja dll, pasti akan mengatakan mereka akan melayani konstituen mereka, ini menjadi komoditi yg disodorkan utk meraih jabatan. Pemimpin yg menjanjikan pelayanan ketika sudah  terpilih akan disibukkan dengan urusan administrasi dan protokokuler lainnya sehingga jarak dengan konstituen semakin jauh dan pelayanan dilakukan oleh bawahan bawahan yg tidak pernah menjanjikan pelayanan sehingga hal tsb banyak mengecewakan konstituent. Dalam kasus Pilkada DKI, kesuksesan pasangan Jokowi dan Ahok karena mereka punya track record atau bukti nyata sebelumnya sehingga orang merasa perlu mencoba. Saat ini masyarakat sudah pandai dan tidak gampang termakan dengan janji.

Walaupun secara niat semua pemimpin ingin melayani tetapi oleh berbagai alasan akhirnya pemimpin akan terbagi menjadi dua yaitu a) Pemimpin yg  bertumbuh dan benar benar ingin melayani , artinya ingin menggunakan kenaikan pangkatnya untuk meningkatkan pelayanannya b) Pemimpin yg setelah tumbuh justru ingin dilayani dan jarak dengan massanya menjadi semakin jauh, sehingga pelayanannya sekedar janji. Pelajaran yg kita bisa ambil dalam tulisan kali ini adalah, sudah tiba saatnya bagi kita semua yg mengaku sebagai pemimpin greja baik awam maupun pengerja, apakah keinginan kita untuk meraih jabatan lebih tinggi  benar benar untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kita atau justru kenaikan posisi kita adalah alat untuk memuaskan diri dengan banyaknya orang orang yg datang untuk melayani kita. Secara bergurau Pdt Johny Lubis pernah mengatakan setelah tidak menjabat ketua Uni Barat maka banyak teman yg tidak mendekat lagi, kalau dulu banyak orang yg mendekat bahkan berebut mengangkat tasnya tapi sekarang berbeda. Ini hanya sekedar gurauan dari seorang Pemimpin kita, tetapi siapa tahu hal tsb mengandung kebenaran karena dia pernah mengalaminya.

Mengapa Paulus sendiri bekerja siang dan malam untuk membuat kemah dan mengumpulkan uang karena dia ingin memberikan contoh bahwa menjadi seorang pelayan Tuhan bukanlah harus menjadi beban bagi umatnya, itulah sebabnya dia berani menegur dengan keras kepada jemaat di Tesalonika ketika mendapatkan banyak orang –orang yg malas dan manja didalam jemaat tsb. Ada sebagian anggota jemaat yg datang ke Greja dan selalu mengeluhkan masalah ekonominya kepada Greja dengan harapan ada orang orang kaya yg mau mempertontonkan kasihnya dalam bentuk pemberian bantuan, ada pemimpin didalam Greja yg haus pelayanan dan peningkatan posisi didalam jabatan Greja diharapkan bisa meningkatkan tingkat pelayanan jemaat kepada dirinya, TETAPI CUKUP BANYAK PEMIMPIN BAIK AWAM MAUPUN PENGERJA YG BEKERJA SEBAGAIMANA PAULUS YG BEKERJA KERAS, MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KENAIKAN POSISINYA ADALAH BENTUK AKIBAT DARI BAIKNYA PELAYANAN BUKAN SEBALIKNYA

No comments:

Post a Comment